SEARCHING THIS BLOGGER

Kamis, 22 Juli 2010

Indonesia dan Faham Ke-suku-an Oleh : Ridwan Rustandi El-muntaaz

Wahai manusia, sungguh Aku ciptakan kalian dari laki-laki dan perempuan. Dan kami jadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kalian saling mengenal...
-AlHujurat : 13-
Indonesia adalah negara multikultural. Negara yang beragam baik secara budaya, bahasa, suku bangsa, maupun agama. Keanekaragaman Indonesia dapat dilihat dari berbagai aspek kehidupan. Negara yang terkenal sebagai negara kepulauan yang membentang dari barat ke timur, dari sabang sampai marauke, ataupun dari pulau sumatera sampai ke pulau Papua menghasilkan berbagai produk kebudayaan yang satu sama lain berbeda, satu sama lain mempunyai keunggulan tersendiri. Sudah barang tentu halnya Keanekaragaman seperti itu menjadi tanda kebenaran risalah yang telah Allah jelaskan kepada kita melalui Nabi-Nya Muhammad. Dan hakikatnya, multikulturalisme yang ada di Indonesia menjadi semacam keunggulan dari produk budaya yang ada.
Di indonesia, dapat kita temui berbagai ragam khazanah keanekaragaman masyarakatnya. Misal, secara budaya, Indonesia begitu kaya dengan budaya yang ada. dan tentunya satu daerah dengan daerah yang lain mempunyai keunggulan budaya yang beragam. Dan keberagaman tersebut menjadi identitas budaya tersendiri yang dimiliki masyarakatnya. Selain itu, dalam hal bahasa, tercatat lebih dari 300 bahasa daerah yang tercipta di Indonesia. Dan umumnya bahasa tersebut tercipta sebagai salah satu manifestasi multikulturalisme budaya yang ada. pun, secara geografis, di Indonesia membentang berjuta-juta pulau yang dipisahkan oleh daratan dan bentangan lautan.

Sudah menjadi semacam hukum alam, jika kita dihapakan pada perbedaan baik secara budaya maupun tradisi keagamaan, akan kentara dengan gesekan budaya yang boleh jadi mengantarkan kita pada sebuah konflik. Dan umumnya, konflik tersebut akan terjadi manakala belum terciptanya budaya atau etika saling menghargai terhadap perbedaan yang ada. konflik tersebut boleh jadi muncul karena adanya kepentingan terhadap sebuah kebudayaan. Atau juga muncul karena kita mempunyai rasa paling unggul secara budaya di banding dengan kebudayaan lain. atau mungkin, karena sikap memaksa yang kita tonjolkan ketika dihadapkan dengan sebuah perbedaan. Dan mungkin pula karena bedanya pemahaman kita secara teologis, dalam arti konflik agama yang pada akhirnya dikedepankan. Alhasil, Indonesia yang seharusnya menjunjung tinggi persatuan sebagai landasan bernegara, muncul dengan berbagai konflik yang menghantarkan pada perpecahan.

Primordialisme (unggul secara budaya...)

sensitifitas budaya yang muncul, akan menyebabkan sebuah perpecahan di kalangan masyarakat Indonesia bilamana dalam setiap diri warganya belum mampu memahami perbedaan yang ada secara menyeluruh. Dari sebuah sensitifitas tersebut, akan melahirkan sebuah konflik yang seyogiannya konflik tersebut berakibat fatal terhadap persatuan bangsa. Umumnya, masyarakat Indonesia dengan landasan filosofis negara yang telah termaktub dalam pancasila begitu mencerminkan persatuan bangsa yang terdiri dari beraneka ragam suku, ras, budaya, bahasa dan agama. Pancasila diberlakukan dengan maksud agar mampu merangkul berbagai kalangan, golongan, dan kelompok yang ada dalam tubuh Indonesia. Dan tujuan pancasila tersebut akan mudah teraktualisasikan jika kita sebgai generasi bangsa pada umumnya memahami secara universal maksud dan petuah yang terkandung di dalamnya. Dan bukankah hal seperti itu yang dicita-citakan oleh founding father bangsa kita. Bukankah, persatuan, martabat kemanusiaan, keadilan sosial, dan konsensus sosial secara bersama yang benar-benar kita inginkan? Dan itu, telah kita cita-citakan jauh sebelum bangsa ini mencapai kemerdekaannya.

Konflik yang muncul boleh jadi dikarenakan adanya sikap dari diri kita yang merasa paling benar, merasa bahwa diri kita, atau budaya kita yang paling unggul di antara yang lainnya. Faham dimana kita merasa budaya yang kita punya adalah paling unggul di anatara budaya yang lainnya, lambat laun akan mengantarkan kita pada konflik yang ada. dan faham seperti itu lazim kita kenal sebagai primordialisme. Primordialisme muncul sebagai dampak dari kesukuan bangsa Indonesia yang mana di antara para penganut suku tersebut merasa bahwa budaya dirinyalah yang paling unggul. Dan jika faham semacam ini terus berkembang, maka dikhawatirkan akan mengancam persatuan bangsa dan akhirnya menyebabkan konflik yang berkepentingan. Dan alhasil, perang antar budaya, antar suku, akan terjadi. Dan ini yang menyebabkan persatuan kita sebagai satu kesatuan bahasa, bangsa, tanah air dan negara akan terancam. Nah, faham semacam inilah yang seharusnya kita hindari, sebisa mungkin ketika kita dihadapkan pada keanekaragam yang sudah melembaga, ego yang ada dalam diri kita harus kita tahan, kita minimalisasikan guna menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.

Sikap merasa budaya diri paling unggul (primordial kesukuan), adalah ancaman internal terhadap kesatuan bangsa. Belum lagi saat ini, bangsa kita yang umumnya berada dalam prosesi perkembangan, tengah dihadapkan pada ancaman kebudayaan yang datang dari luar. Munculnya budaya-budaya tambahan dari luar, mengharuskan kita mempunyai semacam penyaringan (filter) terhadap merembesnya budaya luar tersebut. Jangan sampai mengancam terhadap kelestarian buadaya kita. Jika sekiranya kita belum mempunyai filter yang kuat terhadap budaya yang datang dari luar, maka sudah barang tentu kita akan kehilangan budaya kita dan akhirnya kita pun akan kehilangan identitas kita sebagai bangsa Indonesia. Tentunya, hal semacam itu tidak pernah kita inginkan dalam perikebangsaan kita. Sebab, hal ini akan mengakibatkan dampak sistemik terhadap perikehidupan kita di berbagai sendi atau aspek kehidupan yang ada.

Islam dan Primordialisme

Tidak ada satu golongan pun yang lebih istimewa di hadapan Allah kecuali mereka yang benar-benar bertaqwa...

Begitulah konsepsi Al-qur’an untuk menyikapi permasalahan sosial-kesukuan yang ada.
munculnya primordial golongan di kalangan masyarakat Indonesia menunjukan betapa belum mampunya kita sebagai bangsa Indonesia, dan terlebih sebagai penganut ajaran Islam yang melihat fenomena seperti ini. Islam begitu jelas menyatakan bahwasanya tidak ada satu golongan pun yang paling unggul di hadapan-Nya kecuali bagi mereka yang bertaqwa. Ini membantahkan sikap fanatisme golongan, kelompok, dan kesukuan yang berkembang di negara Indonesia. Allah menegaskan bahwasanya perbedaan yang kemudian telah Allah ciptakan, semata-mata Allah tujukan supaya manusia lebih bersifat legowo terhadap perbedaan yang ada. selain itu, perbedaan tersebut alangkah lebih bijaknya jika disertai dengan sikap mau menerima dan menghargai perbedaan yang ada. seringkali kita mendengar atau mungkin memahami bahwa perbedaan itu adalah anugerah yang begitu indah. Dan keindahan tersebut akan tercipta manakala kita mau mennghargai setiap gagasan, budaya, pemahaman ataupun yang lainnya sebagai khazanah kekayaan bangsa kita. Kita mendahulukan kepentingan bersama di atas kepentingan apapun, menjadi tanda terciptanya keindahan tersebut. Betapa konsep yang telah Allah berikan kepada kita jelas. Hanya saja pemahaman kita belum mampu mewujudkan hal semacam itu. atau mungkin justeru kita yang berpura-pura dan cenderung tak mau menjadikan konsepsi itu sebagai landasan berperilaku. Munculnya, sikap memaksa dari kita, dalam menyikapai setiap perbedaan yang ada menunjukan kedangkalan pemahaman yang kita yakini. Apa akibatnya? Akibatnya ialah munculnya berbagai konflik kesukuan, golongan ataupun lain sebagainya, yang cenderung memaksakan perbedaan tersebut dan harus sesuai dengan konsepsi pemahaman kita. Alhasil, perpecahanlah yang akan berkecambuk dalam diri kita. Lantas bagaimana seharusnya kita menyikapai perbedaan itu? jawabannya ialah tiada lain kita sebagai Umat manusia harus mau menghargai keanekaragaman yang ada. bukankah Allah mengatakan bahwa perbedaan yang tercipta, dimana Allah menjadikan kita berbangsa-bangsa dan bersuku-suku ialah tiada lain supaya kita mau saling berta’aruf, memahami perbedaan tersebut. Sehingga persatuan dan kesatuan bangsa benar-benar kita jaga dan diprioritaskan. Artinya, primordialisme dalam Islam adalah sesuatu yang tidak sejalan dengan konsepsi atau ajaran yang ada. karena Islam adalah rahmat yang tidak terputus bagi satu periode umat saja. Dan islam merupakan rahmat universal bagi semua golongan, suku, ras, kelompok, umat manusia, dan semua makhluk yang Allah ciptakan.

Minggu, 18 Juli 2010

Entah Kemana Dirimu Pergi... Wahai Plashdisk'q*

aneh memang, apa yang sekiranya kini telah terjadi padaku. aku resah, aku gelisah, aku gundah dan aku... aku takut. Oh Tuhan berikanlah Isyarat kepada hamba-Mu ini, hamba yang hina dina, hamba yang tak kuasa menolak semua apa yang telah Engkau tetapkan padaku.

apa mungkin ini sudah menjadi suratan takdir-Mu, atau mungkin ini adalah hukum karma darii apa yang telah aku lakukan selama ini. Tuhan, ampuni aku. aku hanyalah manusia yang tak lepas dari segala khilap dan alfa... aku hanyalah manusia yang mencoba menggulirkan semua bakat dan potensi yang kau kucurkan kedalam sukmaku. ku hanyalh aku yang tak berharga...

kini, kau pergi meninggalkan akau, kau pergi tanpa berpamit padaku, kau pergi mungkin menyusul kawanmu. kau tinggalkan segala kenangan hidup dan mimpiku, kau jadikan diriku seorang manusia yang bisa menyimpan semuanya...
dalam tubuhmu tersimpan semua memor kehidupanku, wahai Plashdisk'q

lagi-lagi, aku kehilangan sosok penuh jasa, sosok penuh hikmah,,, hanya sekejap ku bersamamu, kau hilang, kau tenggelang kau hitam pekt di makan kegelapan... kau pergi dari tanganku dan mungkin berpindah ke tangan yang lain yang penuh dengan.... kau adalah Plashdisku yang paling berjasa.

kawan, aku masih teringat dengan semua cerita bahagia dan duka dengan mu, kau curahkan segegnap ragamu hanya untuk catatan kecil dari seluruh memoar kehidupanku. mungkin ap-a yang aku berikan kepadamu tak seberapa dibanding apa yang telah kau berikan untukku... wahai Plashdisk'q

aku tak tahu apa peneybab semua ini, apakah mungkin aku terlalu sibuk dengan urusanku sendiri dan aku melupakanmu, atau mungkin disekitar kita banyak berkeliaran tangan-tangan berdosa yang tak tahu malu, entahlah... yang jelas aku sangat merindukanmu wahai Plashdisku....

kini, aku minta padamu jadilah sosok yang penuh dengan jasa dan dedikasi yang tinggi terhadap kawanmu yang baru....
aku cinta kamu... wahai PLASHDISK'Q*



*ditulis sebagai ungkapan dan apresiasi yang tinggi terhadap Plashdisk milik temanku yang kini telah hilang akibat ulahku... saudaraku maafkan aku yah....
*Plashdisk bagiku adalah memoar sejarah kehidupan yang penting... kau pahlawan yang tak ku1kenal...

Senin, 12 Juli 2010

MALANGNYA NASIBMU WAHAI S'PATUKU... HIHIHI

aku coba gulirkan kegundahan dan keresahanku dalam secarik kertas ini yang sekiranya akan mempermudah hatiku untuk melupakanmu. aku tahu semuanya sulit bagiku untuk kehilanganmu... karena kau, kau adalah intan dalam hidupku. laksana sarang yang bisa melindungi burung-burung dari kepanasan, kedinginan, dan semuanya. laksana air kau memberikan kesejukan padaku... kau alirkan nafas kesejukan ke setiap rongga-rongga mulutku, seakan kau tahu bahwa aku tak bisa berpisah darimu. kau tahu bahwa kau begitu berharga untukku... wahai s'patuku.

aku masih teringat, detik-detik terakhir yang kau isi dengan kebahagiaan yang begitu berkesan dan sulit aku lupakan dalam memoar pikiranku. itu semua saat-sat terindah yang ku rasakan ketika ku bertemu dan melewati hari-hari denganmu. hari-hari yang penuh dengan suka-dukaku, canda-tawaku, dan hari-hari yang penuh dengan kesejukan dalam alam pikiran batinku. sedetik bersamamu, begitu indah kurasa. seakan aku merasakan murninya cinta yang kau biuskan kedalam kakiku... tapi sayangnya.. itu hanya sekejap. hilang, hilang diterkam kebuasan para binatang, hilang diterpa riak gempita angin, dan hilang, hilang di telan malam...Wahai S'patuku....

kini, semuanya telah berlalu. kau pergi tinggalkanku tanpa ada secuil kabarpun. entah kemana kau pergi. apakah kau pergi meninggalkanku untuk mencari gairah kehidupan yang berebda di luar sana. laksana Nietzhe yang mencrai kehiduapan yang berbeda dari zamannya, atau mungkin kau laksana Emanuel Kant yang menginginkan sebuah perbedaan dari kebiasaan hidup di sekitarmu... atau bahkan kau mencoba menjadi seorang sosok pembaharu kehidupan yang kau pandang penuh dengan kementokan.. aku tak tahu. atau mungkin ada orang yang telah lama mengincarmu... menginginkanmu dama seperti halnya diriku mendambakanmu.. aku tak tahu. yang jelas.. bagi mereka yang merasa bahagia bertemu denganS'patuku, aku harapkan kalian menjaganya... jangan biarkan S'patuku menangis, meringis kesakitan, kekurangan.. jaga Dia... PLEASE... karena dia belahan jiwaku... SERIUS>


tapi, asal kau tahu, bahwa sampai kapanpun aku takkan bisa melupaknmu... wahai S'PATUKU...

Oh, Tuhan kuatkanlah diriku ini. jadikan cobaanmu ini sebagai sebuah hikmah... hikmah yang akau peroleh dari tangan seorang yang tak mengerti kesedihanku tentang S'patuku...Kau Maha Adil... maka berikanlah keadilan pada S'patuku...

Rabu, 07 Juli 2010

Behind The scene “For Qur’anic Generation” Oleh : RIdwan Elmuntaaz

Kutinggalkan dua pedoman yang mana tidak ada keraguan padanya, dan tak akan tersesat sedikitpun jikalau manusia senantiasa berpegang teguh padanya….


Al-qur’an merupakan kitab Allah yang paling mulia bagi kita semua sebagai hambanya. Tak ada sedikitpun keraguan di dalamnya. Semua yang meyakininya percaya bahwasanya semua aspek kehidupan di muka bumi ini telah Allah atur dengan aturan yang jelas melalui Al-qur’an sebagi pedoman hidup manusia. Alqur’an adalah kitab yang kompleks membicarakan segala aspek kehidupa manusia, baik yang menyangkut relasi antara manusia dengan Allah sebagi Tuhannya (ibadah), maupun relasi antara manusia dengan manusia yang lainnya (muamalah). Lebih jauh lagi Al-qur’an berbicara seputar pelestarian lingkungan yang di dalamnya berkaitan dengan pemberdayaansegala potensi alamiah dunia ini ( the potencial of nature and environment).

Sungguh jelas, Allah menegaskan kepada kita semua bahwa Al-qur’an adalah kitab kekal yang diperuntukan untuk semua zaman. Al-qur’an bukanlah milik satu golongan, Allah bukan milik personal belaka, melainkan Al-qur’an adalh kitab komunal dan social yang diperuntukan untuk smua golongan, semua zaman terlepas dari apakah ia seorang muslim tau bukan. Yang jelas, Al-qur’an secara empiric bias membuktikan dengan konkret bahwasanya apapun yang manusia cari didunia ini telah jauh lebih dahulu Allah tetapkan melalui kalam-Nya yang termaktub dalam kitab-Nya itu.

Al-qur’an pun kitab perdamaian. Al-qur’an menegasikan segala bentuk penjajahan di muka bumi ini. Menegasikan segala bentuk pertentanga sebagai makhluk-Nya, menegasikan pengungkungan terhadap kebebasan dan kemerdekaan manusia. Dengan begitu, ini menunjukan bahwasasnya Al-qur’an mengafirmasikan dan mengkomfirmasi perannanya sebagi kitab perdamaian. Ada sebuah ayat dalam Al-qur’an yang menyatakan bahwasanya
Al-qur’an dan penyampai risalah-Nya merupakan rahmat bagi seluruh alam. Ini menunjukan kepada kita semua bahwasanya memang benar adanya Al-qur’an adalah kitab yang menjunjung tinggi perdamaian dan ketenteraman hidup di antara manusia dan semua makhluk di muka bumi ini.

Kelengkapan Al-qur’an sebagai syariat hidup manusia begitu luas. Begitu kompleks Al-qur’an membicarakan aturan hidup manusia dalam mengarungi jalan kehiduapn ini. Dilihat dari perspektif apapun Al-qur’an menunjukan eistimewaannya sebagai kitab Allah. Dilihat dari aspek social, Al-qur’an membicarakan tentang tat aturan kehidupan manusia dengan manusia yang lainnya ataupun manusia dengan makhluk yang lainnya. Secara social, Al-qur’an membicarakan tentang tata peratauran hidup manusia, baik dalam bidnag ekonomi, hokum, politik, administrasi pemerintahan, kesehatan, dll. Dilihat dari aspek knowledge dan science, kembali Al-qur’an menunjukan kiprahnya sebagai kitab terlengkap sepanjang abad kehidupan manusia. Al-qur’an berbicara tentang lingkungan dan alam sekaligus meembirakan sign bagi kita dalam peneglolaan dan pelestariannya. Al-qur’an berbicar tentang fisika, kimia, biologi, matematika, dan semua ilmu yang kita kategorikan sebagi ilmu eksak. Begitulah..

Al-qur’an pun berbicara tentang komunikasi. Dan berbagai potensi komunikasi yang seyogiuannya akan terjadi baik antara Tuhan dengan manusia, manusia dengan manusia, dan manusia dengan makhluk yang lainnya. Kemudian, dilihat secara psikologis, Al-qur’an merupakan kitab penenang batin, penetram jiwa, yang ketika kita membaca dan memahaminya seolah merasuk kedalam sukma kita angin perdamaian batin dan hati. Al-qur’an sekaligus dapat kita jadikan sebagi obat ruhani kita. Penentram spiritualitas kita, supaya spiritualitas yang kita rasakan bukan sekedar spekulasi batin saja.

Pun ketika kita melihat Al-qur’an dari aspek sejarah. Begitu lengkap Allah menuturkan berbagai kisah kehidupan Umat terdahulu yang harus kita jadikan sebagi cerminan kehidupan kita. Terlepas dari apakah Al-qur’an itu membicarakan tentang kejayaan Umat terdahulu, atau bahkan kehancuran umat terdahulu. Ini semua kita jadikan sebagai ibrah perjalanan kehidupan manusia yang mungkin akan kita rasakan pula sebagi umat yang berpergang teguh pada kitab tersebut. Al-qur’an berbicara tentang kesatuan dan persatuan Umat, ALqur’an menegasikan individualistis dalam kehidupan bermasyarakat, Al-qur’an bukanlah kitab personal, tetapi Al-qur’an adalah kitab komunal. Begitu jelas Allah tuliskan dalam kalam-Nya itu agar kita senantiasa mendahulukan ukhuwah di antara sesame makhluk. Ukhuwah bukan saja milik orang islam, tapi ukhuwah sebagaiman landasan fundamentalnya dalam Al-qur’an adalah milik semua makhluk Tuhan.

Kini, sudah saatnya kita buktikan bahwasanya Al-qur’an akan senantiasa masuk ke dalam rongga-rongga kehidupan manusia, dan menyebar membagikan nergi positif yang berarti dan sesuai dengan zaman yang ada. Tak ada sedikitpun celah kekurangan Al-qur’an baik sebagi pedoman hidup maupun sebagai kitab ilmiah dan alamiah. Begitulah. Terlebih, kita yang dikatakan sebagai generasi qur’ani, generasi rabani, sudah seharusnya kita bias mengamalkan dalm praksis tindakan segala apa yang tertuang dalm kitab yang kita yakini itu. Ingat, Al-qur’an bukanlah ide-konseptif semata, Al-qur’an bukanlah proyeksi semata, lebih jauh Al-qur’an harus teraktualisasikan melalui tindakan praksis dalam kehidupan kita.

Al-qur’an akan terasa dalam kehiduapn kita manakala kita mau memahami dan mengamalkannya. Al-qur’an bukan sekedar buku bacaan semata, tapi Al-qur’an mempunyai peranan dan fungsi yang signifikan dlam kehidupan kita.

Kawan, generasi Qur’ani bangkitlah!! Tunjukan bahwa kita hidup bukan untuk mengamalkan hidup, tapi hidup kita dalah cerminan dari semua aturan yang telah Allah tetapkan melalui kalam-Nya….