SEARCHING THIS BLOGGER

Senin, 27 Juni 2011

matahari, matahati,matakaki oleh Ridwan Sangkakala

saat ini, realitas berkata lain. manusia di ujung kehancuran. mereka hanya terdiam, sibuk berfikir bagaiaman caranya aku bisa kaya? tak peduli orang berkata apa, terpentimng ambisi ku terpenuhi. orang lapara, aku berlalu lalang. orang sakit, aku tidur dengan ketenangan. orang bangkrut, aku tertawa dengan penuh kenikmatan. huh... aku bosan dengan hidupku.


sekedar berbagi, kusaksikan deru ombak di sore hari. mereka menyapaku. kemudian sedikit berbisik. "hei manusia, kapan kau akan sadar? segala daya atas titah-Nya telah kukerahkan, gelombang pasang yang begitu mencekam, hingga membinasakan kaummu telah aku lakukan. tapi kenapa kau tak sadar? kau tak peduli dengan hidupmu, dan terlebih kau tak sedikitpun bertanya padamu, siap DIRINya?" yah, memang begitulah takdirmu... hanya mengejar matahari yang sementara dan sedikitpun kau tak mampu untuk menggapainya.. bodoh kau...

kesadaran, yah... susah bagiku untuk sadar berfikir siapa diriku? bahkan aku pun tak sadar dimana aku hidup. kini, aku hanya berfikir tentang aku, ambisiku, kekayaanku, kehangatanku, ketenanganku, dan semuanya yang bagiku mendatangkan kenikmatan.... aku tak mau melihat mereka yang susah. susah untuk sekedar makan, susah untuk sekedar tidur, bagiku hidup hanya sementara, hidup hanya untuk berfikir bagiamana hatiku senang merasakan kesemtaraan ini. esok, terserah. aku tak peduli.


sejauh apapun matahari, pasti akan ku kejar. tak peduli pada celoteh ombak itu, bagiku matahari penting. entah bagi ombak sialan yang hanya menampung makhluk lemah. aku tak mau sadar, usai dari segala kenikmatan ini. bila perlu akan ku beli kenikmatan ombak pengecut itu. berapapun harganya. Tuhan, camkankan, aku kan mendapatkan matahari yang sementara dan cahaya yang abadi kelak di syurga...


lain halnya dengan burung di angkasa, mereka berteriak: " hei manusia laknat, kenapa kau tak gubris ungkapan ombak. kau ini bodoh, kau tak sadar dan mungkin tak akan menyedari elemen penting dalam hidupmu. kau lupakan matahati yang ada dalam dirimu. kau lupakan segalanya. matahtimu, tertutup oleh embun-embun sejuk yang menyengat. kau tertikam, tertipu dan mungkin terbunuh oleh embisi kuasamu. dasar bodoh. di antara semua makhluk-Nya hanya kau, manusia laknat yang diberi anugerah merasakan matahatimu. aku pun sama, insting seidkit dalam dirku kugunakan untuk memperhatikan keinginan makhluk lain. ragaku memang bisa terbang, tapi hatiku terpenjara oleh kerakusanmu... sadarlah"


oke, aku katakan padamu burung :" enyahlah dari hadapanku, jangan pedulikan aku. sedikitpun aku tak mau mendengar celotehan busukmu. aku tahu kau emmang makhluk yang tak tahu diri. mathati ini adalah milikku, kau tak punya kuasa untuk mengawasi gerik hati ini. mingirlah, akan ku terbangkan matahati ini demi sebuah pergulatan ketenangan antara aku dan tuhanku..."


kini, matakakiku berkata :"jangan bawa diriku melangkah ke neraka dunia. aku hanya ingin bersembah sujud pada yang kuasa yang telah memberikan penglihatan pada setiap jejak langkah yang aku torehkan. manusia, jangan bawa aku pada urusanmu yang begitu menikam kesadaranku. aku hanya ingin mengabdi pada hidup, dunia dan segala potensi di dalam nya. aku hanya ingin menjadi tuna dalam diriku. tak peduli dirimu mempunyai tuhan lainnya."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar